Total Tayangan Halaman

Minggu, 12 Juni 2011

Ayodya Asmara Amangku Wanodya capter I.02 (updated 22912)



Berikut adalah kisahku, aku ceritakan kepada kalian yang mau membaca agar kalian bisa memetik hikmahnya. Tidak ada tujuan dariku untuk memamerkan kelihaianku dalam merengut rasa suka para wanita, toh justru apabila kalian para pembaca mau menelaah sedikit lebih dalam lagi, kalian justru akan mendapati fakta bahwa aku, Amangku Wanodya justru orang yang tak pernah berhasil menjalankan suatu hubungan dengan notabene bertujuan untuk ikatan yang serius.
AMANGKU WANODYA
Amangku Wanodya bukan nama asliku, nama itu kudapatkan sekitar tahun 2009-2010 ketika aku berkumpul dengan beberapa senior di jurusanku menimba ilmu. Ketika itu, kami sedang mengadakan sarasehan yang berpusat tentang rasa ingin kami mengadakan suatu pagelaran yang bisa mengangkat nama jurusan kami di lingkup fakultas karena sebelumnya, jurusanku memang minim karya.
 Dalam sarasehan itu diputuskan kami akan menampilkan pagelaran drama tradisional ketoprak dengan disutradarai oleh Wahyu Budi Utomo atau biasa disebut K.O.B.E (yang merupakan singkatan dari Ko**** Bengkok) dalam drama itu aku mendapat jatah menjadi seorang wanita bernama josephine (saat itu memang saya memiliki spesialisasi dalam memerankan peran waria/wanita karena masih banyak terpengaruh oleh style visual kei) selain Josephine, masih ada beberapa tokoh yang sayangnya saya tidak ingat, hanya saja ada satu tokoh yang bernama Sucipto Amangku Jagad yang kalau tidak salah diperankan oleh Kobe itu sendiri.
 Ketika daftar nama tokoh dan pemain dibacakan oleh Mbak Dewi, senior saya yang lain nyeletuk bahwa bagaimana kalau nama Sucipto Amangku Jagad diganti menjadi Sucipto Amangku Wanita saja. Mendadak dalam benakku terbersit suatu gagasan, bukankah wanita  itu memiliki istilah lain yaitu wanodya? Sedangkan nama depanku sendiri adalah Wiartha, yang merupakan paduan dari kata Wiar(lebar, luas, banyak, lebih) dan Artha (duit, doku, money, uang) apabila dipadukan dengan julukan Amangku Wanodya yang berarti memangku wanita, itu akan mendapat arti yang lebih keren daripada namaku asli WIARTHA ARDI SUTRA yang berarti “duit segunung yang suci” atau “banyak duit di gunung yang suci” atau “duit banyak yang halal di gunung/segunung” atau justru “Duit segunung buat beli kondom(?)”  seketika aku putuskan bahwa namaku, setidaknya nama beken atau nama panggungku adalah WIARTHA AMANGKU WANODYA yang berarti “duit banyak bisa menaklukkan perempuan”

EVI : CINTA MONYET KALI PERTAMA DI USIA YANG BEGITU MUDA
Lalu, kenapa aku merasa cukup percaya diri menyandang nama yang kontroversial itu?
 Hal itu dikarenakan sejak aku masih kecil, usiaku belum ada dua digit, dan aku masih duduk di bangku warna- warni TK PKK Harapan Bangsa Dusun Sembungan aku sudah mengalami apa yang disebut dengan naksir perempuan dan juga mulai bisa membedakan yang mana yang cantik dan mana yang tidak.

Saat itu, aku dan kedua temanku kala itu, Yuda dan Yogi sering diusili oleh dua orang cewek, yang satu anak berambut keriting sosis dengan gigi seri yang terlihat panjang ( aku lupa namanya) dan yang satu adalah Evi (kalau ini aku malah masih sangat amat ingat) cewek berambut sebahu berkulit putih.
 Saat itu pula, aku menyimpan perasaan kepadanya. Tetapi, karena usiaku ketika itu bisa disebut “baru saja terbebas dari gelar balita” aku tidak tahu harus kuapakan rasa itu, dan justru sejak itu aku meenjadi seseorang yang sering kikuk apabila berurusan dengan wanita, apalagi yang menurutku cantik.

Hingga aku dinyatakan boleh memasuki pendidikan jenjang sekolah dasar aku belum berhasil berteman lebih dekat dengan Evi, bahkan sekarang, setelah 14 tahun berselang, aku tidak berhasil menemukan keberadaannya (walaupun memang tidak ada upaya ekstra dalam mencari) apakah evi masih di jogja? Apakah evi termasuk korban gempa jogja 2006 yang lalu?
 Aku tidak tahu.
 Biasanya, siswa TK tersebut apabila lulus akan langsung dioper ke SD yang bersebelahan dengan dengan bangunan tk, orangtuaku memutuskan bahwa aku akan disekolahkan di SDN Taman Sari I Yogyakarta, sekolah yang pada usiaku saat itu sangat jauh dari rumah. Ketika itu aku sadar, bahwa aku akan berpisah dengan Evi, tapi aku bisa apa?

Selama liburan menunggu tahun ajaran baru dimulai, aku menghabiskan waktuku bersama teman- teman kecilku di pekarangan rumah Mbah Joyo, dan ketika itu pula aku mencari- cari tahu lebih lanjut tentang Evi, ketika aku bertanya ke Yuda, aku mendapati fakta baru bahwa Evi juga bersekolah di tempat yang jauh, dan Yuda tidak tahu dimana sekolah tersebut. Tapi yaudah si, tidak ada kejadian melow kok pada babak berjudul evi : cinta monyet kali pertama di usia yang begitu muda ini.



GEA PARAMITA SARI  : FASE AMANGKU WANODYA MASIH MEMILIKI RASA SETIA
Hari pertama di sekolah baru dimulai, kali pertama aku mengenakan seragam putih merah, lengkap dengan topi dan dasi merah, plus sepatu Pro-ATT baru bergambar dinosaurus yang gambarnya bisa berubah bila dilihat dari sudut pandang lain. Ketika itu aku di dampingi ibuku, karena aku takut kalau ditinggal sendirian. Kulihat sekelilingku, bocah- bocah seusiaku dengan tampang tegang mendengarkan aba- aba dari ibu guru berkulit hitam, berbadan gempal dan berambut putih mengembang, tipikal nenek sihir jahat yang siap menyantapmu setelah kau direbus dalam cawan raksasa.
Didalam barisan tersebut, aku mengamati seorang gadis berambut kepang dengan mata yang sangat menggemaskan. Kulitnya putih, aku ingin tahu siapa dia. Upacara penyambutan dinyatakan selesai, kami digiring masuk kelas seperti bebek oleh wanita menyeramkan itu. Kulihat beberapa teman seperjuanganku menangis memeluk orang tuanya karena orang tua mereka tidak diperkenankan memasuki ruangan kelas. Aku dengan sok gagah melangkahkan kakiku memasuki kelas sendirian, dalam hati aku berpikir “gue jagoan neeh” tetapi faktanya, di dalam kelas justru aku duduk sendirian di pojok belakang karena aku tidak memiliki teman disitu, sedangkan yang lain beberapa memang berasal dari kampung atau TK yang sama. Sialan!
Entah memang menjadi pertanda kesialanku hari itu belum usai, wanita seram itulah yang menjadi wali kelasku. Dia memperkenalkan namanya. Ibu Ratiyah, hingga usiaku yang hampir 21 tahun ini, satu satunya manusia yang bernama ratiyah ya Cuma satu itu. Beberapa minggu di kelas tersebut, aku kesepian, penghuni meja di depan dingklik singgasanaku adalah seorang perempuan lagi yang anti sosial, namanya Iin, lupakan, dia bukan tokoh penting dan cenderung menjadi figuran saja. Di depan meja Iin ada sepasang pria yang kalauu tidak salah itu febri dan ikhsan, dan meja paling depan dekat pintu, di duduki cewek lucu berambut kepang itu,
 “sapa yak namanya?”
 kira- kira seperti itu yang ada dalam benakku.
Tidak mungkin aku mengajak berkenalan, saat itu adalah saat- saat aku benar-benar tidak memiliki nyali sedikitpun. Jangankan berkenalan dengan cewek, nyari temen laki- laki pun aku tak mampu. Aku mencoba untuk mencuri dengar bagaimana teman sebangkunya (lupa siapa) menyapa ia. Nasib goblok, jarak meja kami terlalu jauh, tidak terdengar sama sekali T.T
Suatu ketika datanglah cewek itu dan membisikan bahwa dia cinta sama aku, dan kami menjalin hubungan berpacaran di usia yang begitu belia
Oke, siapapun bakal tahu itu bohong.
Kejadian sebenarnya,
suatu ketika kami baru saja mengerjakan soal harian, satu persatu siswa dipanggil untuk mengumpulkan buku yang sudah disampul dengan sampul warna coklat tai. Giliranku tiba, masih diselimuti  rasa takut terhadap ibu ratiyah, aku tidak sengaja nengok ke meja cewek berkepang itu dan membaca tulisan pada sampulnya
GEA PARAMITA SARI
BERHITUNG
Seakan ada kembangapi berlompatan di belakangku, langkahku menyonsong nenek sihir itu menjadi lebih gagah, sangat gagah, telalu gagah malah, sehingga jalanku menjadi aneh. Akhirnya anak- anak sekelas mengolok- olokku dan aku kembali surut nyali -_-‘
Tiga caturwulan terlampaui, aku tak kunjung berani berbicara dengan anak- anak perempuan, terutama Gea. Meski sesekali Fitri dan Putri sering mencoba mengajakku berbicara karena tertarik dengan caraku menulis yang menggunakan tangan kiri. Ah setidakknya aku sudah punya teman meski itu manusia tanpa payudara semua.
Liburan kenaikan kelas tiba. Nilaiku saat itu sepertinya buruk sekali. Mungkin pengaruh dari sikap antisosialku sehingga aku tidak mampu mencontek (nah lo) tapi selama liburan aku selalu membayangkan Gea, membanding- bandingkannya dengan Evi, dan hasilnya Evi tidak ada apa- apanya. Gea si gadis kota tampak lebih jelita dari evi si gadis Bantol.
Hari masuk kelas yang ditunggu- tunggu tiba! Kelas baru! Guru baru! Adik kelas baru! Sepatu Pro ATT baru yang bisa menyala! Dengan semangat aku melangkahkan kaki dan duduk di meja paling depan, di sampingku ada murid pindahan dari Jakarta, Bashori namanya. Tapi aku jadi celingak celinguk,
 “DIMANA GEA??!!”
Mungkin sakit atau masih berlibur, seminggu aku menunggu nunggu kehadirannya.
“KOK KAGAK NONGOL-NONGOL JUGA??!!”
Ahirnya aku bertanya tanya kepada anak- anak di kelas..
“WHAT??!! GEA PINDAH SEKOLAH??!!”
Orang yang kutanya (lupa, anom apa Anggara ya?) menganggukan kepala
“KEMANA??!!”
Orang yang kutanya menggelengkan kepala
Semua yang ada di kepala mendadak runyam.

Di pinggiran jalan kapten tendean, bersama teman- temanku cowok yang lain nunggu jemputan entah kesurupan apa aku keceplosan bilang kalau aku suka sama Gea, dan Febri berkomentar
“GEA?? GEA YANG OMPONG ITU??”
“heh? Apa? Ompong?”
Setahun sudah aku menjadi pengagum rahasia, tanpa pernah mendengar suaranya, tanpa pernah menyadari ketiadaan beberapa giginya. Seketika itu pula honda70 berhenti di depanku. Ayahku datang menjemput.
Tahun demi tahun terlewati, kami mulai membentuk geb, saat itu ada aku, donis, nanda, febri, isol, iwan, aziz, ikhwan dll,
Di kelas empat kalau tidak lima, kami sekelas selama 2 minggu diasingkan ke PSPA Kaliurang, suatu panti penanganan anak- anak nakal, dan brengseknya kami yang dijadikan kancil percobaan. Saat itu mulai terjadi perpecahan- perpecahan. Fitri terkena deportasi dari geb Danik karena alasan yang tidak bisa saya sebar luaskan karena menyangkut masalah pribadi orang. Febri pun terkena deportasi dari geb kami entah karena apa, aku Cuma ikut- ikutan. Lebih parah lagi Topan yang ketika tidur telinganya diisi air, sehingga telinganya sering meleleh congek.   di kelas enam, beberapa dari kami mulai belajar apa itu yang namanya pacaran. Donis dengan Danik, Iwan yang sejak dulu digosipkan dengan Yushinta, Beni yang naksir adekku sepupu Bibin, Handra yang naksir dengan putri,dan masih banyak lagi. Pada fase anak- anak pada saling berpacaran itu, dalam hati aku masih mnyukai Gea, selama 6 tahun, dan hanya saat itu saja aku bisa menjadi lelaki setia.
 Berturut- turut dari kelas satu hingga kelas enam, wali kelasku;
Ibu Ratiyah : wanita tua berkulit hitam dan berbadan gempal. Tetapi dibalik keseraman fisiknya, beliau ternyata sangat penyabar
Ibu Siti : guru pertama yang mengenakan jilbab, menurut pandanganku, belau orang yang labil. Ada gosip mengatakan sekarang beliau masuk rumah sakit jiwa
Ibu Sum : wanita dengan rambut unik, berperawakan kurus, tegas, tetapi tidak galak.
Ibu___: wali di kelas pertama yg diperbolehkan memakai bolpen di sekolah, kata teman teman galak, tetapi menurutku NO! Dia wanita yang luar biasa, baik dan memberi suport bagi anak didiknya. Mendapat tugas mengepalai sekolah lain ketika kami kelas 6
Bapak tuji : wali pertama yang laki laki, dengan beliau kami berdzikir bersama ketika di PSPA. Guru yang asik
Ibu Mur : tua, bedebah, kolot, galak, mengintimidasi murid, menjatuhkan martabat seorang murid di depan kelas, bangsat. Jidat aja yang dimengkilatin. Semoga belum mat sebelum dia lihat bagaimana nasib anak yg dulu dia jadikan bulan- bulanan.

Selain 5 orang guru wali kelas dan bedebah wali kelas itu, masi ada beberapa orang yang memberi suport dalam pendidikan kami,
Pak taufik : guru agama yang konyol, memiliki anak bernama titis. Pernah menunjukku mengikuti lomba gagal. Gosipnya beliau malah bercerai
Pak Sarjono : guru olah raga, mengendarai motor GL Pro dengan helm fullfacenya sangat keren sekali
Pak bejo : juru kebersihan di sekolah, lumayan asik tapi nylekit
Pak Ali : penjaga perpustakaan yang masih muda, lumayan asik lah, paling doyan bakso tusuk dengan saus merah
Pak ___: kepsek! G begitu kenal, tetapi dia orang yang bijak dan tegas, pensiun ketika kami kelas 6
Pak????: penjual mainan yang care dengan pelanggannya.

ada juga guru sempoa dan bahasa inggris
RETNO NUGRAHENI : SEKALI LAGI HANYA MENJADI PENGAGUM RAHASIA
Yang aku ingat, aku diterima di SMP 10 jogja, terjadi pembagian kelas, aku masuk kelas 1D, nomor absen 39. Di dalam kelas baru itu, aku niatnya menjadi orang yang kelihatan supel, merangkul tmanku, menabok mereka, banyak berbicara. Sialan, aku malah dikira homo, mana waktu itu aku tidak tahu homo itu apa pula -.- kala itu aku duduk disebelah ega, sedangkan di depanku ada adi dan udin. Kami cepat menjadi akrab, tapi tidak lama. Ketika aku melihat seorang pria yang sepertinya anti sosial seperti aku ketika sd, terutama dia baru masuk setelah beberapa hari kegiatan sekolah dimulai sehingga tidak ada yang kenal. Aku merasa simpatik dan mengakrapi nya. Namanya dios, tak perlu cerita panjang lebar tentang dia, bisa- bisa aku kembali dicap homo . yang jelas kami menjadi akrab, yang sayangnya pada akhirnya kami dicap sebagai pecundang dan akhirnya dibully oleh rombongan adit, dewa, dll.
Karena kembali menjadi pecundang, aku menjadi  seorang yang krisis percaya diri. Ketika itu aku naksir cewek berambut panjang yang manis, bernama Retno Nugraheni, yang biasa dipanggil Heni. Karena dicap sebagai pecundang pula, dia sepertinya ilfil denganku ketika itu. Kalaitu, aku sering membandingkannya dia dengan Gea, bahkan aku kadang berimajinasi bahwa setelah kepindahannya, Gea bancakan lagi dan namanya enjadi Retno Nugraheni. Bzz...
Wali kelasku ketika itupun sepertinya seorang guru yang sentimen. Hanya karena aku payah dalam berbahasa inggris, aku selalu dianak tirikan. Nama guru itu maria, wanita botak yang rambutnya dicat hitam agar kelihatan muda. Keberadaannya sama sekali tidak membantu aku memotivasi diri. Aku benci wanita itu seperti aku membenci bu Mur!

ERIN OCTARINI : GA YAKIN KENAPA DULU BISA TERGILA- GILA GINI =.=
naik ke kelas 2, aku, yang dulu gendut, chubby, berkacamata jadul dan samasekali tidak update tentang lagu lagu masa itu (yang dimasa itu disebut masakini) dimasukan kedalam kelas 2A, sebuah kelas di lorong terjauh SMP 10 yk. pokoknya, kalau terlambat masuk kelas, larinya bakal yang paling capek. di kelas itu aku tidak sekelas dengan teman- teman dekatku di kelas 1D, jadi, saya yang waktu itu susah bersosialisasi merasa seperti di planet mars!
tidak ingat bagaimana akhirnya terentuk susunan pengurus kelas, seorang bendahara (atau sekretaris kelas ya?) menghampiriku meminta uang iuran kas kelas. saat itu aku terperosok, eh terpesona. seorang cewek, dengan rambut yang poni teruruai dan ditembus cahaya matahari pagi, membuatnya hanya tampak seperti siluet berambut api. untuk hitungan beberapa detik (karena aku langsung ngasih uang kas) aku tak bisa bernafas dengan tenang, hatiku gemetaran. 
"itu tadi namanya siapa ya?"
ternyata gea! yang saat jam ganti baju untuk persiapan olah raga kelas sepi dan dia menghampiriku, mengaku, dan berkata rindu. ok, itu hanya syndrom delusionalku tentang gea. hal itu tidak mungkin terjadi.
semalaman tidak bisa tidur tenag dan hanya bisa mendengar lagu koes ploes (lantaran umur segitu masih seranjang sama bapak ibu saya) yang diputar di radio, saya memutuskan untuk mengecek namanya di mading susunan pengurus kelas!
aku memasuki kelas seorang diri, suasana masih gelap, aku datang terlalu dini. aku melangkahkan kakiku perlahan menuju belakang meja guru. tiba- tiba terasa dingin di kakiku. aku melihat air mulai menggenangi lantai.
"BANJIR!!"
aku teringat aku tidak bisa berenang, aku panik, air makin membasahi kakiku, merembes ke dalam celanaku, aku panik, air terus naik dan aku perlahan tenggelam, tangan dan kakiku tak mampu memberontak. aku memejamkan mata, terlalu pedih untuk ku buka. tiba tiba ada sesuatu yang mencengkeram kakiku. aku memaksa mataku untuk terbuka, aku ingin tahu siapa yang menyelamatkanku. meski pedih, aku mengenali sosok itu adalah seorang wanita.
"apakah gea? atau "gea" kelas 2A?"
tidak.. semakin aku amati, sosok itu terlalu besar dibanding mereka, perlahan aku melihat keriput di sekitar matanya, dia ibuku.

"BANGUN! KAMU TERLAMBAT SEKOLAH, NGOMPOL LAGI!"
"ha? apa?"
aku akhirnya tersadar penuh, tadi ternyata hanya mimpi, hanya saja, ketika orang orang seusiaku dulu mulai mengalami mimpi basah, yang saya alami adalah mimpi basah kuyup ._.
 ***
suatu ketika, seperti yang sayajadikan sampel di postingan saya yang berjudul mental ndeso, belum sampai saya tahu nama wanita itu, saya mengalami kecelakaan. saat itu, saya dalam perjalanan menuju taman bacaan. saat itu aku tengah kepayang membaca komik berjudul Love Hina, kisah seorang urashima keitaro, seorang yang bloon, tidak tampan, minus mata tebal, dan cenderung dihindari wanita. tapi karena suatu kejadian dia jadi tinggal diasrama putri sebagai  manager. sebagai orang yang senasib dengan keitaro, komik itu membawaku semakin delusional. di bilik rumah sakit aku aku membayangkan "gea"2A itu datang menjenguk sebagai perwakilan kelas dan menutup tirai bilik kami, dan adegan romantis seperti di komik love hina terjadi. aku udah bilang itu delusi kan?

seminggu tidak masuk kelas, aku kembali berangkat sekolah. dengan kedua tangan di gips, aku tampak keren seperti petinju. tapi tidak dimata anak- anak lain sepertinya.

susunan meja kelas telah berubah. bangkuku telah diisi orang, brengsek.

beruntung ketua kelas saat itu, eko, termasuk orang yang supel dan mencarikan aku tempat duduk. bukanya berterimakasih aku malah celingukan mencari gadis yang menjadi judul sesi ini. kok ga ketok. kalau aku nanya eko aneh dong? ntar ketauan kalau aku naksir, kan aku pemalu.

bel jam istirahat berbunyi. memastikan ini bukan mimpi, aku melangkahakan kaki ke belakang meja guru, dengan mengendap endap biar tidak mencurigakan, meskipun tampaknya anak- anak sekelas tidak peduli aku mau ngapain, aku mengecek tulisan susunan pengurus kelas
"PAIT!!"
tulisannya ga bisa dibaca, bukannya luntur, bukan juga jelek, tapi tulisannya terlalu futuristik bagiku. aku mencoba membaca perkarakter di bagian bendahara, benar- benar rumit, kode nyaris tak terpecahkan. tiba tiba suara eko menyontak dari belakang
"NGOPO E THA?"
aku menengok ke belakang, tampak ia menyangking sate usus seharga 300 rupah dan gorengan dalam plastik yang satunya kala itu seharga 200 rupiah.
"eh.. anu.. ini.. mau ngelihat jadwal aku piket"
ucapku gagu dengan ekspresi bad pokerface.
"wo.. daftar piket ada di belakang, bukan disini. jatahmu sabtu."
eheheh.. baiklah.

***

shiit... sampai saat itu aku masih gagal mencari tau namanya, berganti hari, aku bersebelahan dengan guntur. saat itu aku nyambungnya lagi sama dia. tiba- tiba cewek itu bergerak mendekat, sadar dia tidak kenal aku, aku tidak terlalu berharap. aku hanya mengamati ia dengan pita kecil di rambutberjalan anggun.
"paling cuma lewat" pikirku.
TETAPI TERNYATA TIDAK
dia menghampiriku, aku menengok ke bangku guntur, dia tidak ada di tempat, aku mencubit pahaku sendiri. bukan, ini bukan lagi delusi!! dia menghampiri aku. susunya ternyata besar *plak
dia berhenti di depan mejaku, menatapaku, bibirnya bergerak
"kamu wiartha kan?"
tanyanya, suaranya melengking renyah. aku menjawab dengan gugub,
"aku.. kamu.. kura- kura.. banana yes"
dia mengerutkan muka, tidak paham
"i.. iya.. a.. ada paa.a?"
usahaku memperbaiki kata- kataku.
"gini, kamu kan kemarin sakit, jadi aku sekarang mau nagih uang kas kelas lagi ya"
"a.. aku.. juga.. suka ka kamu.."
"apa?" tanyanya sembari menyibakan rambut yang menutupi telinganya
"eh? ta.. tadi gimana?"
"aku mau nagih uang kas"
"oh.. iya be.. berapa?"
...(dia menyebutkan nominal, aku lupa berapa)..
aku memberikannya uang yang ada di kantongku yang bisa kuraih,
"ke.. kembaliannya buat kamu aja" aku berusaha tampil keren agar dia terkesima.
dia mengerutkan dahi sambil membenahi uangku yg lecek,
"wiartha, ini kurang"
"haah... oh iya.. ini. . " kuserahkan semua uang jajanku hari itu.
dia menghitung, mengembalikan beberapa keping receh dan cepat- cepat meninggalkanku.

hebat.. usaha yang hebat wit..
***
guntur menghampiriku,
"woi, ngelamun"
"ha?"
"itu tadi erin ngapain?"
"ha? siapa?"
"si erin, cewek tadi"
"OOOOH....... NAMANYA ERIN??!!"

bersambung

Jumat, 10 Juni 2011

pesan lama kepada (yang mirip) wanita (yang pernah) tercinta

OOOH...... DIRIMU BEGITU....... OOOH

OOOOOOH, lihatkah kamu akan detak jantungku??
kamu tidak sempurna, kamu bukan tuhan yang mampu melihat hal yang paling tak mungkin sekalipun
tapi kamu harus lihat batapa cintanya aku kepadamu nduk.. sekalipun cintaku itu fiksi tapi terbukti membahagiakan
RUPAMU! YA, WAJAHMU itu dengan begitu biadab menyamai dengan ratuku di masa lalu.
sOPO TO? ASU PALING eh kucing ding

ooooooh.......
aku tahu!
kamu curiga padaku,
menganggapku ini orang yang terjebak tak bergerak dengan mahluk tuhan yang memiliki blue print wajahmu
ooooooooooh............
jauh jauh kamu dari kota seberang terhuyung huyung kekotaku,
kupikir Gusti Allah mengirimkan kamu sebagai pengganti yang lalu, lah ning kok malah merkoro

ooooooooooooooh..................
bajigur kamu terlanjur tahu masalaluku tanpa tahu bagaimana aku
menjadikan mahligai nafsuku tak tersalurkan lantaran kau menghindariku,
ATAU MALAH AKU YANG TAKUT KETEMU KAMU?
ASU, kalau iya cilaka aku,
ternyata aku yang pecundang,

oooooooooooooooooooooh...................
aku mau kamu, izinkan aku merampas segala yang ada di hatimu, tubuhmu, nyawamu, dan hartamu
ASU
tidak mungkin bisa itu,
berdiri 5 meter di dekatmu saja aku sudah gemetar,

bagai mana aku, oooooooh............................
demi tape ketan yang sama sekali aku tidak doyan
aku ingin tahu apa aku cinta atau terobsesi kamu
bagai bulan mengacuhkan punguk,
kamu berdiri diantara selebriti kampus biru menebar kerlingan mata yang membiusku,

MAYIT URIP! OH!ooooooooooooooh...........................
Ingin ku berteriak keras- keras setengah senti tepat di corong telingamu,
membiarkan ludah ludah yang muncrat masuk ke telinga,
secara ajaib menjadi sperma yang menerobos rahimmu tanpa diperawani dulu
imajinasi saru memang telah menjalari tiap air seniku yang kutumpahkan sia- sia di jamban darurat pagar tembok rumah kosong
memendarkan aroma khas pedesaan ketika sistem menyiram pembuangan belum ditemukan,
belum ditemukan oleh seorang pria botak dan berjanggut panjang seperti yang di buku buku sejarah pelajar di jogja
seperti itu rasa ANEH ku padamu semebar tak karuan ke sekujur tubuh lantaran belum kutemukan cara untuk ngampet rasa itu

AKU TAk PEDULI, OH, ya, oh oh ooooooh.............................
aku tak peduli datar dadamu oh....
aku tak peduli behel berkarat fiksimu oh....
aku tak peduli nomer hp mu yang tak tahu berapa oh....
aku tak peduli berapa biaya kos mu oh....
aku tak peduli lesung pipitmu yang membuatku ingin menangis oh....
aku tak peduli berapa banyak minus di matamu oh....

nah lo? terus? ooooooooooooooooooooooooooooh.................................
oh ya.. oh ya...
ya ya ya oh...
aku cuma peduli oh mu
oh semakin runyam semakin buram, semakin idak keru keruan
ini gila ini tergila gila ini menggilai ini nggilani
jare koncoku sing seneng ungu koe gilo karo aku??
penakno wae, paling ora koe isih iso gilo tinimbang ra weruh aku blas,

ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooh...................................
apabila nanti kamu jadi milikku jangan ragu minta tolong di ruqyah ustadzah dan yakinlah kamu kena peletku
apabila nanti kamu punya anak dariku yakinlah anak itu lahir bukan karna cinta
apabila nanti kamu menangis karena diperkosa orang laporkan saja aku
apabila nanti kamu benar benar bisa menitikkan air mata cinta suci yakinlah sumpah itu bukan karnaku
apabila nanti kamu tahu aku mati ludahi saja kuburku
apabila nanti kamu mau punya pacar jangan ragu untuk memblacklistku dari daftarmu
apabila nanti kamu mau tahu aku kenapa cukup kamu tahu aku gila karnamu


oh... Lho? ooooooooh.......... eh, ooooooooh...........................................
oh iya aku sadar kamu tidak salah apa apa padaku
aku yang terlalu ambisius, terlalu berharap mendapat wajah seperti itu lagi
JADI AKU YANG SALAH SENDIRI BEGITU?
hati kecilku berkata iya
JADI SEMUA UMPATANKU DI PUISI INI TIDAK TEPAT SASARAN BEGITU?
YA, hati kecil ini takut takut mengiyakan
JADI AKU, EGOMU SENDIRI YANG KAMU SALAHKAN BEGITU?
eeeh... iya gitu
AKU PIKIR AKU DAN KAMU TIDAK LAYAK BERADA DI SATU MAYAT INI
...
AKU ADALAH EGOISMU KAMU HATI KECILKU!
PATUHLAH PADA EGOKU, eh, EGOMU, eh, AH MASA BODOH, KITA SATU TAPI TIDAK KOMPAK, BIARKAN AKU EGOMU BERKUASA


oooooooooh la la oooooooooooooooooooooooh..............................................
begitulah hati kecilku tak kuasa menahan egoisku yang bajingan itu
membiarkannya mencaci mahluk tak bersalah yanggemulai itu
yatuhan ampuni hambamu

ooooh dirimu begitu ooooh