Total Tayangan Halaman
Rabu, 03 Oktober 2012
Ahahaha.. ini kenpa malah ketawa, Ahahahaha
beneran, aku sendiri ga tau kenapa malah aku kasih judul tertawa seperti itu, seharusnya aku trenyuh.
jadi ceritanya begini,
beberapa waktu yang lalu saya sempat khillaf, lupa berhenti di pom bensin untuk beli pembalut (ya beli bensin lah). dan karena saya lupa mengisi bensin, saat perjalanan pulang dari kampus sekitar jam 8malam-an (ini jam nya sebenarnya ngarang- ngarang doang, pokokejalannya masih rame. pas itu siang apa malamaja aku lupa *yaoming) motor biru yang benemani aku menggembala diri sejak 2006 mengalami mak ndret ndret di daerah deket simpang aneh yang menuju jembatan kewek dan malioboro/pasar kembang itu.
_untung masih di kota_
saat itu aku dari arah jembatan kewek hendak menuju ke arah jalan maliobro, rute yang selalu aku lewati untuk pulang kuliahg sekalian cuci mata. tapi karena mak ndret ndret itu, aku terpaksa belok kiri, lantaran kalau lewat malioboro ga bakal ada orang yang jualan bensin. bisa malu dilihatin andong aku kalau sampai kudu menuntun jagoanku itu. beruntung, tidak jauh dari persimpangan aku melihat ada rak berisi botol- botol bensin terpajang. motorku, seakan seriusan menuntuk mimik dan mengancam mau mogok kalau tuntutannya tidak dituruti, berhenti tanpa persetujuanku di hadapan rak bensin itu. luar biasa.
aku langsung turun, menyetandarkan (ga usah protes sama istilah ini, aku juga ga tau bahasa yang pas), mengunci stang dan celingukan mengintip kios di belakang rak bensin tersebut
"tumbaaas"
kodeku untuk memanggil penjual bensin,
ga ada respon. tapi aku mendengar ga jauh dari tempatku berdiri ada suara televisi.
aku jadi galau ._.
kembali ku tengok rak bensin tersebut, siapa tau aku bisa melarikan beberapa botol *PLAK
maksudnya siapa tau botol- botol tersebut kosong dan penjualnya tidak di tempat, cuma lupa mamatikan TV.
tapi botolnya ada isinya kok
tapi yaampun..
kalau biasanya pedagang bensin eceran mematok harga Rp. 5000,-/liter, tapi ini, dengan kuota botol yang (juga) seliter, isinya hanya 3/4. juh.. kalau ga kepepet aku emoh deh ngisi disini. kan aku ga punya diut (._.)
tapi ya itu tadi
kepepet
kembali aku celingukan ke dalam kios, belum sempet mengkode penjual lagi, tiba- tiba ada kepala dengan rambut panjang nongol dari belakang etalase yang berisi sabun mandi dan mi instan yang dicampur.
AAAAKKKK SADAKO!!
eh bukan,
itu anak kecil, tatapannya dingin, (kalau ini ga lebai, sumpah emang anaknya nyeremin)
dengan wajah kikuk, aku mencoba tersenyum dan bertanya
"orang tuanya mana dek?"
dia diam, malah kembali duduk dan memainkan boneka barbie yang tidak berbaju.
FFFUUUUU.. hardcore ini anak kecil, aku mencoba berkomunikasi lagi
"uuu.. aaa.. arrr... guk guk.. kaing.. meow... rrr auououo"
aku mencoba untuk menggunakan bahasa lain, mungkin dia akan paham mengingat daerah itu disebut ledok macanan. tapi nihil, dia malah menatap aku dengan sengit.
oke itu bohong, yang benar,
"adek.. yang jualbensin mana ya?"
tapi yaitu, death stare yang ku dapat. tapi setelah itu ada perubahan gerakan, dia meletakkan boneka santetnya, membuka pintu menuju kearah luar kios, dan.. berjalan meninggalkan aku. seriusan ini.
aku benar benar dibuat mati gaya sama anak kecil, ga tau aku ini pedofil apa, kok malah dibikin gregetan.tau bakal ditinggal tak culik aja tadi.
tapi dia terus nongol lagi dengan tatapan kosong, membawa sebuah kunci ditangannya.
aku baru sadar, rak bensinnya dikunci.
dia menatapku dengan tatapan sinis, aku ga tau apa maunya. tapi kan aku anak kethoprak, masak aku ga bisa improve, aku mencoba bilang
"satu ya dek" sambil tersenyum dan membungkukkan badan karena tubuhnya yang cuma setengah dari tinggi badanku. dia memalingkan muka, membuka rak, dan mengambil sebotol bensin. dia mendorong tubuhku untuk mrnyingkir, dan kembali menatap mukaku, ternyata aku belum membuka jok.
setelah kubuka, dia menuangkan isi botol dengan tanpa corong sehingga bensin 3/4 liter itu paling cuma separuhnya yang masuk tangki.
aku masih mencoba untuk ramah, siapa tahu gadis ini bisu, bukan karen tidak punya tatakrama.
aku mengulungkan uang sepuluhribuan ke anak itu, dia mengambil secara kasar, memasukan botol kembali ke rak, menguncinya dan mengeloyor pergi.
"lha, kembalianku?"
aku tingak tinguk, siapa tau ada sesosok vincent rompies tertawa dari kejauhan dan menunjukan kamera tersmbunyi lalu memberiku hadiah. tapi kok ga ada.
malah bocah itu nongol lagi, padahal aku udah putus asa dan mulai menyetater (ga usah protes sama bahasaku!) membawa uang limaribuan. kuulungkan tanganku sambil tersenyum manis dan berkata "makasih ya"
tapi uang itu dilemparkan ke tanganku, dan melayang jatuh didekat sepatuku. setelah kupungut, bocah tengil itu sudah kembali lagi ke dalam kios dan bermain- main dengan jenglotnya.
Aku masih terdiam, menatapgadis itu. tapi dia tak menengok kembali, lalu aku mulai beranjak meninggalkan tempat itu.
sebenarnya kalau ada yang seperti itu, yang salah siapa sih? yang jelas bukan aku.
anaknya yang ga punya tata krama?
orang tuanya yang tidak mengajari tatakrama?
sekolahnya (kalau sekolah) yang tidak mengajari tatakrama ?
lingkungannya yang tidak mengajari tatakrama?
okelah itu lingkungan kumuh, okelah deket sama pasar kembang, tapi apa harus seperti itu?
ga cuma sekali sih mendapat perlakuan tidak menyenangkan di daerah situ. dulu pernah isi angin untuk ban, penjualnya ga punya kembalian. aku yang disuruh pergi kewarung untuk memecah uang. nah lho, baru sekali ini konsumen disuruh- suruh. ini gimana sih?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar