ini naskah kethoprak yang entah kapan lalu kutulis, ditahun 2012 pokoknya. niatnya untuk dipentaskan bersama anggota baru kethoprak sastra budaya yang 90% ternyata wanita. tapi tidak jadi dipentaskan karena katanya terlalu sadis untuk kethoprak. dan anggota kethoprak sasbud pun mrithili. yasudah, daripada karya ini hilang, aku posting saja. kalau ada yang mau mementaskan, silahkan saja. gratis, selama penonton tidak ditarik biaya. yang penting bilang dulu ke aku.
KARTINI
YANG DITUKAR
prolog
tim
musik memainkan lagu “wanita dijajah pria” dengan gaya balad
gotik
-Lampu terang
Masuk serombongan wanita
berpakaian modis dan tampak mewah
membawa tas belanjaan, berbicara secara terus menerus, suasana crowded,
tidak ada yang ditonjolkan dari pembicaraan. Cukup penggamaran wanita- wanita
shopaholic yang suka pamer.
-Lampu meredup
perlahan hingga benar- benar gelap, sorot lampu nuansa merah
langsung menyala penuh.
Rombongan wanita secara
drastis membungkuk gelisah, tampak menggigil ketakutan, salah satunya bahkan
histeris lalu pingsan. Seorang laki laki
mengenakan tuxedo lewat menuntun wanita berpakaian korset seksi futuristik dengan kepala tertutup tas kresek yang
berjalan merangkak laksana anjing. Laki laki
melenggang tanpa mempedulikan wanita- wanita yang ketakutan. Wanita dengan
topeng tas kresek berjalan tertatih seakan tidak mau mengikuti, tetapi ragu
karena lelaki tersebut menengok kearahnya. Mereka melewati panggung tanpa interaksi
dengan siapapun.
-lampu meredup,
lalu terang seperti biasa
Rombongan wanita kembali
cerewet seperti sebelumnya, seakan tidak terjadi apa- apa. Mereka berjalan
keluar panggung.
-lampu mati.
Background
layar putih disorot dari belakang sehingga menimbulkan siluet.
-jingle
sastra budaya dimainkan hanya dengan piano dan koor secara gothic syahdu,
Dari siluet
tersebut tampak wanita- wanita tadi disiksa dengan cambuk oleh laki- laki yang
lewat tadi.
Suara piano
terus bermain sementara koor meredup.
Dalang memberikan narasi:
“selamat malam para tamu
yang kami agungkan. Di malam ini, sebuah kisah fiktif dari bumi yang lain akan
diceritakan, dimana sejarah tertulis sama dengan fakta yang berbeda. Dunia
dimana hak kaum wanita hanya akan tampak dikala katiadaan akan kaum laki- laki.
Di dunia pararel ini, wanita hanyalah budak pelampiasan nafsu dan fasilitas
untuk berlangsungnya keturunan para pria. Sebuah sejarah telah berjalan
melenceng, apakah yang sebenarnya terjadi hingga dunia itu menjadi seperti ini?
Malam ini, Kethoprak Sastra Budaya akan membawa anda menyelami runtutan
kejadiannya. Selamat menyaksikan!”
-koor kembali
dinyanyikan
Adegan siluet
penyiksakan terjadi semakin hebat, para wanita berhamburan. Tinggal siluet si
laki- laki berdiri tegak mengangkat telunjuk jarinya sebagai gambaran dia
adalah yang diutamakan.
Lampu belakang
mati. Siluet hilang.
Sesi kethoprak dimulai.
Babak
1.
Setting
panggung : ruangan kantor dengan bendera belanda sebagai hiasan.
Masuk Van Kol membawa stofmap. Menyadari tidak ada
atasannya, dia bermonolog tentang keterhambatan belanda dalam menguasai pulau
jawa.
Masuk Jacques henri
abendanon (
laki laki yang sebelumnya)
menuntun wanita kresek
dengan pakaian yang berbeda)
dengan langkah perlente. Wajahnya menampakan kesombongan dan kelicikan. Van Kol membungkuk memberi hormat lalu menyerahkan
stofmap. Dia menceritakan tentang laporan perwalian yang ada di tanah jawa
mengalami hambatan dalam menguasai jawa. Dia menjelaskan bahwa laki- laki
disana terlalu kuat.
Jaques tampak berfikir sebentar. Setelah mendapat
pencerahan, dia mengungkapkan idenya.
Menurutnya jika tidak bisa
memperkuat pasukan sendiri, perlemah pihak musuh. Sang petinggi beranggapan
bahwa di jawa kaum laki- laki terlalu ditinggikan dibandingkan dengan wanita,
hal itu memberi mereka
sugesti bahwa mereka tidak terkalahkan. Sang petinggi menyimpulkan untuk
mematahkan sugesti tersebut, derajat wanitajawa harus ditinggikan, minimal
samarata dengan laki- laki.
Van Kol akhirnya sependapat dengan petingginya. Dia
lalu mengusulkan cara untuk meninggikan derajat wanita jawa, yaitu dengan
memilih salah satu siswi alumni dari sekolah ningrat untuk dicekoki tentang
feminitas, hak asasi, kesamaan hak
dengan laki laki dan sebagainya. Sangjendral setuju. Dia menyuruh bawahannya
memanggil salahh satu istri simpanannya, Rosa Manuela Abendanon.
Van Kol datang bersama Rosa. Setelah atasan itu
bermesraan sesaat, Sang atasan menawarkan tugas yang dibicarakan tadi dengan Rosa. Rosa mengangguk sambil tersenyum licik.
lampu mati.
Babak
2
Setting kamar
wanita jawa.
Tampak kartini tengah asik membaca surat-
suratnya. Dia
bermonolog bahwa mendapatkan sahabat pena dari belanda. Dia mengutarakan bahwa temannya itu sangat
pandai, sehingga bisa membuka mata kartini bahwa derajat wanita seharusnya sama
dengan derajat laki- laki. Lau dia tampak galau, mengingat perjodohannya tidak
lama lagi akan dilangsungkan.
Masuk ayahnya kartini, RM Adipati Sosroningrat bersama dengan mbok emban,
melihat anaknya asik bloging, si ayah marah dan berkata tidak
seharusnya wanita ningrat bercengkrama dengan orang asing yang tidak diketahui
wajahnya. Sang ayah lalu keluar. melihat kartini tengah gundah, mbok emban
mendekati dan membelai kepala kartini. Kartini pun curhat tentang kerisauannya
tentang hak asasi perempuan.
Mbok emban tampak tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh kartini.
Lampu
mati seketika
Narasi dalang. Tampak siluet kartini tengah bercengkrama dengan Rosa tetapi saling
membelakangi, atau Layar putih disoroti gambar tulisan- tulisan kartini yang
di slide show atau sepasang gunungan yang dimainkan siluetnya atau gerakan
siluet stela dan kartini yang tengah menari, pokoknya sebagai pengisi
kekosongan pergantian set panggung.
“tahun demi tahun berlalu,
kedekatan kartini dengan stela semakin akrab, hasrat kartini akan kesamaan
drajat semakin terpupuk. Mendapat izin dari suaminya, kartini mendirikan sebuah
sekolah perempuan. Akan tetapi usaha
kartini tak semulus apa yang ia duga. Dibelakang para laki- laki jawa mulai
merasa resah dengan usaha
kartini karena menurut orang sakti yang terpercaya usaha kartini akan membuat
mereka lemah”
BABAK
3
Setting : jalan
Masuk tejo Cengkar dan
Jarno Sirna, mereka adalah kaum priyayi di jepara. Mereka berargumen tentang ramalan
dari orang sakti yang baru saja mereka kunjungi. Mereka menghubung- hubungkan
usaha kartini dengan keterdesakan mereka dengan emosi meluap- luap.
Masuk Artha Ludira,
seorang ningrat yang terkenal licik.
Dia mendengar keluhan para
bawahannya. Dia tertawa seakan sudah tahu akan semua itu, dan dia berkata dia
telah memiliki rencana untuk menghentikan usaha kartini. Dia mengajak mereka ke
tempat mengajar kartini. Dia menjelaskan rencana selanjutnya akan ia jelaskan
di lokasi.
Mereka lalu berjalan keluar
panggung
Babak
4
Setting : ruangan dengan papan tulis dan beberapa tikar di
depannya.
kerumunan wanita
berpakaian jawa tampak berduyun duyun ke panggung, ada yang berpasangan, ada
yang sendiri, beberapa dari mereka ada yang datang sambil menggendong anak.
Mereka berceloteh tentang rumor yang tengah beredar. Mereka khawatir mereka
tidak bisa belajar dengan kartini lagi. Mereka takut para priyayi akan
menyingkirkannya. Lalu dari luar terdengar suara kartini datang, kondisi
mendadak hening. Mereka hanya saling
menatap dan mengangguk.
Kartini mulai
mengajar para wanita. Lalu masuk suami kartini, RM Singgih Djojo Adhiningrat. dia berkata mendapat
kunjungan seorang tamu agung.
Merasa harus menemui tamu dan tidak bisa mengajar, dia membubarkan kelas. Lalu
masuklah trio priyayi
tadi. Mereka beradu pendapat tentang usaha kartini yang dinilai mengganggu, raden singgih
yang tidak menduga maksud dan tujuan trio priyayi itu membela istrinya. Mereka berdua
ditangkap, raden singgih yang mencoba melawan akhirnya terbunuh dengan serangan
pukulan tepat didadanya.
Kartini
yang histeris langsung memeluk suaminya, dia menjerit dan menyumpah, Artha
Ludira, lalu menghunus kerisnya dan menancapkan pada punggung kartini, dengan
kondisi sekarat kartini menuding ke para kaum laki- laki dan akhirnya
tersungkur disamping suaminya. Teja
cengkar dan jarno sirna lau menanyakan bagaimana agar kematian kartini dan
suaminya tidak menimbulkan permasalahan. Artha Ludira dengan tenang tersenyum
licik dan memanggil seorang perempuan bercadar keatas panggung. Ketika cadar
tersebut dibuka, wajah wanita itu mirip dengan kartini. Artha Ludira
menjelaskan bahwa wanita ini adalah pelacur yang ditemuinya di suatu tempat,
pelacur tersebut bersedia menjadi kartini palsu dan mengajarkan patriarki asal
mendapat bayaran tinggi dan nama baik.
Tejo cengkar dan
jarno sirna sepakat, mereka tertawa bersama sama, namun tiba tiba terdengar
suara kartini dari luar (suara rekaman yang diefek menjadi terdengar menggema)
menyumpah bahwa meski tidak ada dia, kaum wanita tidak akan menyerah dalam
memperjuangkan emansipasinya, dan ruhnya akan selalu hadir untuk membawa
perubahan.
Jarno dan tejo
ketakutan, kartini palsu pingsan, tetapi Artha Ludira, meskipun gemetaran
mencoba meyakinkan rekan rekannya bahwa semua akan baik- baik saja.
Lampu mati.
Babak 5
Setting : ruangan dengan papan
tulis dan beberapa tikar di depannya.
Kartini baru tampak
berceramah pada rombongan wanita, tetapi isi ceramahnya adalah ajakan untuk
taat kepada kaum laki laki, semua muridnya mengangguk angguk setuju.
Freeze.
Trio belanda memasuki
panggung, Van Kol
berkata bahwa tampaknya usaha mereka telah gagal. Tetapi Jaques menampik bahwa hasil yang
seperti ini justru lebih sempurna. Dengan keadaan seperti ini, kaum laki- laki
akan merasa ragu karena terintimidasi oleh kutukan kartini, sedangkan wanitana
pun tak mampu untuk bersuara, benar- benar hasil yang luar biasa. Rosa sendiri tampak berjalan
mengitari kartini baru dengan tatapan jahat.
Lampu mati
epilog
Music kembali
memainkan jingle gothic kethoprak tanpa vocal.
Para wanita shopaholic
berteaterikal dengan membawa ember, kayu
untuk landasan cuci baju, menggendong bayi, dan kegiatan yang identik dengan
wanita lainnya. Semakin lama mereka
semakin membungkuk, sehingga mereka hanya merangkak mengitari panggung.
Laki- laki bersama wanita
bertopeng kresek masuk,
lalu berhenti ditengah lingkaran, mengeluarkan ekspresi mengejek bagi kaum
perempuan. Tetapi tiba tiba wanita bertopeng kresek berbalik dan menyerang secara mendadak, sang laki laki
terduduk, wanita kresek
memanjat tubuh laki- laki, berdiri tegak dan melepas palstik kresek yang
menutupi wajahnya. Dia adalah kartini yang asli. Dia mencabik- cabik tas kresek
itu dan menjejalkannya ke mulut si pria. Dia lantas dengan satu kaki berada
diatas bahu laki- laki, menuntun tangan silaki laki dengan lembut untuk menujuk
keatas, kartini pun mengangkat jarinya, dia berteriak,
‘BERDIRILAH KAUMKU, KITA
MEMILIKI DERAJAT YANG SAMA!” (suara efek dari belakang panggung)
Para wanita merangkak
menyongsong pusat linkaran, mengeluarkan tatapan kagum ke kartini. Freeze.
Dalang bernarasi.
“inilah awal dari
kebangkitan kaum perempuan di bumi yang bukan kita tempati, meskipun tidak
bangkit bersamaan dengan wanita di negeri kita, di dunia manapun, wanita
memiliki hak yang sama dengan laki- laki. Demikian pertunjukan kethoprak sastra
budaya mala mini, berikut akan kami perkenalkan para pemain yang telah menhibur
anda tadi (perkenalan karakter). Sekian dari kami, terimakasih sampai jumpa di
pementasan berikutnya.
Tamat
dari sini, ini rencanaku apabila dulu naskah ini dipentaskan
Catatan
- Target ruangan Auditorium FIB. Panggung semacam dibungkus kain putih dari atas sampai bawah kecuali bagian muka. Dekorasi sesuai dengan kebutuhan babak, tim dibelakang panggung harus bisa bergerak cepat.
- Teras auditorium ditata menjadi semacam bazar jajanan. Didesain dengan ruang diparuh menjadi dua, separuh dibentuk suasana tradisional dengan penjaja makanan berpakaian memakai baju tradisional. Sedangkan separuh sisanya didesain futuristik dengan penjaja berpakaian gaun dan sejenisnya. Makanan yang dijual pikir belakangan. Di setiap sisi disediakan photostage untuk pengunjung.
- Tim artistik membuat kolase wajah kartini dengan foto- foto perempuan penghuni FIB
- Tim musik memakai jas/gaun (pakaian perlente)
- Adegan bermesraan Jaques dengan Rosa dikoreokan tarian dansa walts
Cast
Dalang :
Keluarga Kartini
R.A. Kartini :
lincah, tegas, gestur tomboy
RM
Singgih Djojo Adhiningrat : penyayang,
sabar, santun
RM
Adipati Sosrodiningrat : Tegas, kolot
Mbok
Emban :
keibuan, bloon
Kubu Ningrat
kolot
R.M Artha
Ludira : Licik, kalem
Teja
Cengkar :
bringas, temperamen
Jarna
Sirna : labil,
hanya suka ikut- ikutan
Kartini
palsu :
materialistis, heboh, prototipe tante girang modern
Pihak belanda
Jaques
Henri Abendanon : Licik, tegas,
flamboyan, percaya diri
Rosa
Manuella Abendanon : licik, penggoda
Van
Kol : mudah panik, tidak gampang
diyakinkan
Crowd
Wanita-
wanita shopaholic : berpakaian modern, membawa tas belanja dan tampak rumpi dan rempong
Wanita-
wanita tradisional : lugu, sering menunduk, tapi celingukan kalau tidak ada tokoh pembawa cerita di panggung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar