Total Tayangan Halaman

Rabu, 08 Januari 2014

Kartini Yang Ditukar

ini naskah kethoprak yang entah kapan lalu kutulis, ditahun 2012 pokoknya. niatnya untuk dipentaskan bersama anggota baru kethoprak sastra budaya yang 90% ternyata wanita. tapi tidak jadi dipentaskan karena katanya terlalu sadis untuk kethoprak. dan anggota kethoprak sasbud pun mrithili. yasudah, daripada karya ini hilang, aku posting saja. kalau ada yang mau mementaskan, silahkan saja. gratis, selama penonton tidak ditarik biaya. yang penting bilang dulu ke aku. 



KARTINI YANG DITUKAR
prolog
tim musik memainkan lagu “wanita dijajah pria” dengan gaya balad gotik
-Lampu terang
Masuk serombongan wanita berpakaian modis dan tampak mewah  membawa tas belanjaan, berbicara secara terus menerus, suasana crowded, tidak ada yang ditonjolkan dari pembicaraan. Cukup penggamaran wanita- wanita shopaholic yang suka pamer.
-Lampu meredup perlahan hingga benar- benar gelap, sorot lampu nuansa merah langsung menyala penuh.
Rombongan wanita secara drastis membungkuk gelisah, tampak menggigil ketakutan, salah satunya bahkan histeris lalu pingsan. Seorang laki laki  mengenakan tuxedo lewat menuntun wanita berpakaian korset seksi futuristik  dengan kepala tertutup tas kresek yang berjalan merangkak laksana anjing.  Laki laki melenggang tanpa mempedulikan wanita- wanita yang ketakutan. Wanita dengan topeng tas kresek berjalan tertatih seakan tidak mau mengikuti, tetapi ragu karena lelaki tersebut menengok kearahnya.   Mereka melewati panggung tanpa interaksi dengan siapapun.
-lampu meredup, lalu terang seperti biasa
Rombongan wanita kembali cerewet seperti sebelumnya, seakan tidak terjadi apa- apa. Mereka berjalan keluar panggung.
-lampu mati.
Background layar putih disorot dari belakang sehingga menimbulkan siluet.
-jingle sastra budaya dimainkan hanya dengan piano dan koor secara gothic syahdu,
Dari siluet tersebut tampak wanita- wanita tadi disiksa dengan cambuk oleh laki- laki yang lewat tadi.
Suara piano terus bermain sementara koor meredup.
Dalang memberikan narasi:
“selamat malam para tamu yang kami agungkan. Di malam ini, sebuah kisah fiktif dari bumi yang lain akan diceritakan, dimana sejarah tertulis sama dengan fakta yang berbeda. Dunia dimana hak kaum wanita hanya akan tampak dikala katiadaan akan kaum laki- laki. Di dunia pararel ini, wanita hanyalah budak pelampiasan nafsu dan fasilitas untuk berlangsungnya keturunan para pria. Sebuah sejarah telah berjalan melenceng, apakah yang sebenarnya terjadi hingga dunia itu menjadi seperti ini? Malam ini, Kethoprak Sastra Budaya akan membawa anda menyelami runtutan kejadiannya. Selamat menyaksikan!”
-koor kembali dinyanyikan
Adegan siluet penyiksakan terjadi semakin hebat, para wanita berhamburan. Tinggal siluet si laki- laki berdiri tegak mengangkat telunjuk jarinya sebagai gambaran dia adalah yang diutamakan.
Lampu belakang mati. Siluet hilang.
Sesi kethoprak dimulai.

Babak 1.
Setting panggung : ruangan kantor dengan bendera belanda sebagai hiasan.
Masuk Van Kol  membawa stofmap. Menyadari tidak ada atasannya, dia bermonolog tentang keterhambatan belanda dalam menguasai pulau jawa.
Masuk  Jacques henri  abendanon ( laki laki yang sebelumnya) menuntun wanita kresek dengan pakaian yang berbeda) dengan langkah perlente. Wajahnya menampakan kesombongan dan kelicikan. Van Kol membungkuk memberi hormat lalu menyerahkan stofmap. Dia menceritakan tentang laporan perwalian yang ada di tanah jawa mengalami hambatan dalam menguasai jawa. Dia menjelaskan bahwa laki- laki disana terlalu kuat.
Jaques  tampak berfikir sebentar. Setelah mendapat pencerahan, dia mengungkapkan idenya.
Menurutnya jika tidak bisa memperkuat pasukan sendiri, perlemah pihak musuh. Sang petinggi beranggapan bahwa di jawa kaum laki- laki terlalu ditinggikan dibandingkan dengan wanita, hal itu memberi mereka sugesti bahwa mereka tidak terkalahkan. Sang petinggi menyimpulkan untuk mematahkan sugesti tersebut, derajat wanitajawa harus ditinggikan, minimal samarata dengan laki- laki.
Van Kol  akhirnya sependapat dengan petingginya. Dia lalu mengusulkan cara untuk meninggikan derajat wanita jawa, yaitu dengan memilih salah satu siswi alumni dari sekolah ningrat untuk dicekoki tentang feminitas,  hak asasi, kesamaan hak dengan laki laki dan sebagainya. Sangjendral setuju. Dia menyuruh bawahannya memanggil salahh satu istri simpanannya, Rosa Manuela Abendanon.
Van Kol datang bersama Rosa. Setelah atasan itu bermesraan sesaat, Sang atasan menawarkan tugas yang dibicarakan tadi dengan Rosa.  Rosa mengangguk sambil tersenyum licik.
lampu mati.

Babak 2
Setting kamar wanita jawa.
Tampak kartini tengah asik membaca surat- suratnya. Dia bermonolog bahwa mendapatkan sahabat pena dari belanda. Dia mengutarakan bahwa temannya itu sangat pandai, sehingga bisa membuka mata kartini bahwa derajat wanita seharusnya sama dengan derajat laki- laki. Lau dia tampak galau, mengingat perjodohannya tidak lama lagi akan dilangsungkan.
Masuk ayahnya kartini,  RM Adipati Sosroningrat bersama dengan mbok emban, melihat anaknya asik bloging, si ayah marah dan berkata tidak seharusnya wanita ningrat bercengkrama dengan orang asing yang tidak diketahui wajahnya. Sang ayah lalu keluar. melihat kartini tengah gundah, mbok emban mendekati dan membelai kepala kartini. Kartini pun curhat tentang kerisauannya tentang hak asasi perempuan. Mbok emban tampak tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh kartini.
Lampu mati seketika
Narasi dalang. Tampak siluet kartini tengah bercengkrama dengan Rosa tetapi saling membelakangi, atau Layar putih disoroti gambar tulisan- tulisan kartini yang di slide show atau sepasang gunungan yang dimainkan siluetnya atau gerakan siluet stela dan kartini yang tengah menari, pokoknya sebagai pengisi kekosongan pergantian set panggung.
“tahun demi tahun berlalu, kedekatan kartini dengan stela semakin akrab, hasrat kartini akan kesamaan drajat semakin terpupuk. Mendapat izin dari suaminya, kartini mendirikan sebuah sekolah perempuan.  Akan tetapi usaha kartini tak semulus apa yang ia duga. Dibelakang para laki- laki jawa mulai merasa resah dengan usaha kartini karena menurut orang sakti yang terpercaya usaha kartini akan membuat mereka lemah”

BABAK 3
Setting : jalan
Masuk tejo Cengkar dan Jarno Sirna, mereka adalah kaum priyayi di jepara. Mereka berargumen tentang ramalan dari orang sakti yang baru saja mereka kunjungi. Mereka menghubung- hubungkan usaha kartini dengan keterdesakan mereka dengan emosi meluap- luap.
Masuk Artha Ludira, seorang ningrat yang terkenal licik. Dia mendengar keluhan para bawahannya. Dia tertawa seakan sudah tahu akan semua itu, dan dia berkata dia telah memiliki rencana untuk menghentikan usaha kartini. Dia mengajak mereka ke tempat mengajar kartini. Dia menjelaskan rencana selanjutnya akan ia jelaskan di lokasi.
Mereka lalu berjalan keluar panggung

Babak 4
Setting : ruangan dengan papan tulis dan beberapa tikar di depannya.
kerumunan wanita berpakaian jawa tampak berduyun duyun ke panggung, ada yang berpasangan, ada yang sendiri, beberapa dari mereka ada yang datang sambil menggendong anak. Mereka berceloteh tentang rumor yang tengah beredar. Mereka khawatir mereka tidak bisa belajar dengan kartini lagi. Mereka takut para priyayi akan menyingkirkannya. Lalu dari luar terdengar suara kartini datang, kondisi mendadak hening.  Mereka hanya saling menatap dan mengangguk.
 Kartini mulai mengajar para wanita. Lalu masuk suami kartini, RM Singgih Djojo Adhiningrat. dia berkata mendapat kunjungan seorang tamu agung. Merasa harus menemui tamu dan tidak bisa mengajar, dia membubarkan kelas. Lalu masuklah trio priyayi tadi. Mereka beradu pendapat tentang usaha kartini yang dinilai mengganggu, raden singgih yang tidak menduga maksud dan tujuan trio priyayi itu membela istrinya. Mereka berdua ditangkap, raden singgih yang mencoba melawan akhirnya terbunuh dengan serangan pukulan tepat didadanya. Kartini yang histeris langsung memeluk suaminya, dia menjerit dan menyumpah, Artha Ludira, lalu menghunus kerisnya dan menancapkan pada punggung kartini, dengan kondisi sekarat kartini menuding ke para kaum laki- laki dan akhirnya tersungkur disamping suaminya.  Teja cengkar dan jarno sirna lau menanyakan bagaimana agar kematian kartini dan suaminya tidak menimbulkan permasalahan. Artha Ludira dengan tenang tersenyum licik dan memanggil seorang perempuan bercadar keatas panggung. Ketika cadar tersebut dibuka, wajah wanita itu mirip dengan kartini. Artha Ludira menjelaskan bahwa wanita ini adalah pelacur yang ditemuinya di suatu tempat, pelacur tersebut bersedia menjadi kartini palsu dan mengajarkan patriarki asal mendapat bayaran tinggi dan nama baik.
Tejo cengkar dan jarno sirna sepakat, mereka tertawa bersama sama, namun tiba tiba terdengar suara kartini dari luar (suara rekaman yang diefek menjadi terdengar menggema) menyumpah bahwa meski tidak ada dia, kaum wanita tidak akan menyerah dalam memperjuangkan emansipasinya, dan ruhnya akan selalu hadir untuk membawa perubahan.
Jarno dan tejo ketakutan, kartini palsu pingsan, tetapi Artha Ludira, meskipun gemetaran mencoba meyakinkan rekan rekannya bahwa semua akan baik- baik saja.

Lampu mati.
Babak 5
Setting : ruangan dengan papan tulis dan beberapa tikar di depannya.
Kartini baru tampak berceramah pada rombongan wanita, tetapi isi ceramahnya adalah ajakan untuk taat kepada kaum laki laki, semua muridnya mengangguk angguk setuju.
Freeze.
Trio belanda memasuki panggung, Van Kol berkata bahwa tampaknya usaha mereka telah gagal. Tetapi Jaques menampik bahwa hasil yang seperti ini justru lebih sempurna. Dengan keadaan seperti ini, kaum laki- laki akan merasa ragu karena terintimidasi oleh kutukan kartini, sedangkan wanitana pun tak mampu untuk bersuara, benar- benar hasil yang luar biasa. Rosa sendiri tampak berjalan mengitari kartini baru dengan tatapan jahat.
Lampu mati

epilog
Music kembali memainkan jingle gothic kethoprak tanpa vocal.
Para wanita shopaholic berteaterikal dengan  membawa ember, kayu untuk landasan cuci baju, menggendong bayi, dan kegiatan yang identik dengan wanita lainnya.  Semakin lama mereka semakin membungkuk, sehingga mereka hanya merangkak mengitari panggung.
Laki- laki bersama wanita bertopeng kresek masuk, lalu berhenti ditengah lingkaran, mengeluarkan ekspresi mengejek bagi kaum perempuan. Tetapi tiba tiba wanita bertopeng kresek berbalik dan menyerang secara mendadak, sang laki laki terduduk, wanita kresek memanjat tubuh laki- laki, berdiri tegak dan melepas palstik kresek yang menutupi wajahnya. Dia adalah kartini yang asli. Dia mencabik- cabik tas kresek itu dan menjejalkannya ke mulut si pria. Dia lantas dengan satu kaki berada diatas bahu laki- laki, menuntun tangan silaki laki dengan lembut untuk menujuk keatas, kartini pun mengangkat jarinya, dia berteriak,
‘BERDIRILAH KAUMKU, KITA MEMILIKI DERAJAT YANG SAMA!” (suara efek dari belakang panggung)
Para wanita merangkak menyongsong pusat linkaran, mengeluarkan tatapan kagum ke kartini. Freeze.
Dalang bernarasi.
“inilah awal dari kebangkitan kaum perempuan di bumi yang bukan kita tempati, meskipun tidak bangkit bersamaan dengan wanita di negeri kita, di dunia manapun, wanita memiliki hak yang sama dengan laki- laki. Demikian pertunjukan kethoprak sastra budaya mala mini, berikut akan kami perkenalkan para pemain yang telah menhibur anda tadi (perkenalan karakter). Sekian dari kami, terimakasih sampai jumpa di pementasan berikutnya.

Tamat
dari sini, ini rencanaku apabila dulu naskah ini dipentaskan
Catatan
  • Target ruangan Auditorium FIB. Panggung semacam dibungkus kain putih dari atas sampai bawah kecuali bagian muka. Dekorasi sesuai dengan kebutuhan babak, tim dibelakang panggung harus bisa bergerak cepat.
  • Teras auditorium ditata menjadi semacam bazar jajanan.  Didesain dengan ruang diparuh menjadi dua, separuh dibentuk suasana tradisional dengan penjaja makanan berpakaian memakai baju tradisional. Sedangkan separuh sisanya didesain futuristik dengan penjaja berpakaian gaun dan sejenisnya. Makanan yang dijual pikir belakangan. Di setiap sisi disediakan photostage untuk pengunjung.
  • Tim artistik membuat kolase wajah kartini dengan foto- foto perempuan penghuni FIB
  • Tim musik memakai jas/gaun (pakaian perlente)
  • Adegan bermesraan Jaques dengan Rosa dikoreokan tarian dansa walts



Cast
Dalang                                     :
Keluarga Kartini
R.A. Kartini                              : lincah, tegas, gestur tomboy
RM Singgih Djojo Adhiningrat : penyayang, sabar, santun
RM Adipati Sosrodiningrat      : Tegas, kolot             
Mbok Emban                          : keibuan, bloon
Kubu Ningrat kolot
R.M Artha Ludira                    : Licik, kalem
Teja Cengkar                          : bringas, temperamen
Jarna Sirna                             : labil, hanya suka ikut- ikutan
Kartini palsu                            : materialistis, heboh, prototipe tante girang modern
Pihak belanda
Jaques Henri Abendanon       : Licik, tegas, flamboyan, percaya diri
Rosa Manuella Abendanon    : licik, penggoda
Van Kol                                   : mudah panik, tidak gampang diyakinkan

Crowd           
Wanita- wanita shopaholic      : berpakaian modern, membawa tas belanja dan tampak rumpi dan rempong
Wanita- wanita tradisional       : lugu, sering menunduk, tapi celingukan kalau tidak ada tokoh pembawa cerita di panggung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar