Total Tayangan Halaman

Rabu, 22 Januari 2014

Minta Uang

peringatan: bukan cerita anak- anak!



“Bapak? Bapak pernah ketemu peri gigi?”
 tanya anakku kemarin malam, pas aku menidurkannya. Anakku ini, sama ibunya yang sudah mati , dikasih Nurul, memang sedang sering- seringnya nanya- nanya. Kalau kata orang, sudah waktunya dia ku sekolahkan. Mau kusekolahkan di mana? Tak ada taman kanak- kanak yang gratis. Nanti saja, tunggu usianya pas untuk dimasukan ke sekolah dasar. Kata orang- orang, gratis. Tidak sekolah pun biar, aku dulu juga tidak. Masih bisa hidup ini.
Mengenai pertanyaan Nurul itu, setauku Peri itu ya sosok setan perempuan yang sering kudengar waktu aku kecil dulu. Tapi kalau peri gigi? Apa mungkin setan perempuan itu memiliki gigi yang mrongos? Cuma setan saja sudah bikin merinding, masih ditambah giginya maju dan besar- besar begitu. Hiih, aku bergidik.
“peri gigi? Peri gigi apa to?”
Kutanyakan langsung kepada anakku. Tadinya aku mau pura- pura tidak dengar. Tapi anakku ini tampak menunggu aku merespon.
“tadi, pas nurul nonton tivi di rumah lik Man, ada kartun tentang peri gigi. Nurul nontonnya ga sampai selesai, sama lik Man kartunya malah dipindah buat nonton bola.”
Wah, sialan itu si Rahman. Dia biarkan anakku nonton cerita seram. Kalau ini malam anakku tidak bisa tidur nyenyak, kumakan dia. Untuk kalian yang tidak tau, Rahman, atau yang sama anakku dipanggil Lik Man ini adalah pendatang di kampungku. Gak punya istri dia. Sendirian. Datang kemari untuk berjualan ayam goreng Fret Ciken di dekat pasar. Nah si Nurul ini, kubiarkan sering numpang menonton tivi di kamar kosnya. Gak kuat aku kalau disuruh beli sendiri.
“lalu, bagaimana peri gigi itu? Serem? Nurul takut?
“waah, peri gigi gak seram pak! Cantik. Malah baik hati. Dia suka ngasih- ngasih duit!”
“loh? Kok malah ngasih duit?”
“jadi.. di kartunya itu, kalau ada gigi yang lepas, terus sebelum giginya ditaruh di bawah bantal, nanti pas  bangun- bangun, giginya itu jadi duit pak.”
Walah- walah, enak betul ya bisa dapat duit gampang kayak gitu. Malah kayak pesugihan. Jadi peri gigi itu pasti nyulap gigi jadi duit. Biar kutanya saja sama anakku.
“peri giginya nyulap gigi biar jadi duit gitu, Nur?”
Aku salah bertanya begitu. Sekarang anakku tidak jadi mengantuk, pasti mikir film kartun itu.
“endak. Sama peri giginya gigi yang lepas dituker pakai duit receh gitu pak”
Ah Cuma receh ternyata. Aku pikir tadi duitnya segepok. Eh tapi bisa saja recehnya itu banyak. Aku jadi ingin tahu.
“recehnya banyak?”
“Cuma satu...”
Huh, peri kere. Orang Londho pesugihannya gak sakti. Masah setannya Cuma kasih receh, satu thok. Tapi sek, tunggu. Kalau setan Londho duitnya pasti duit Londho juga. Katanya kan duit Londho kalau ditukar jadi duit rupiah, bisa dapat banyak. Kalau satu gigi dikasih satu koin, misal gigiku ini tak bikin lepas semua, anakku bisa tak daftarin ke sekolah ini berarti.
“Nur, itu nek giginya yang lepas dua, recehnya juga dapat dua?”
“Nurul ndak tau pak, tadi yang lepas apalane Cuma satu!”
Wah, berarti tidak menjamin. Bisa- bisa nanti aku sudah ompong, dikasih duitnya cuma satu. Ahh, gawat kalau begitu. Tapi orang Londho itu kan duitnya banyak. Berarti gak mungkin peri pesugihannya kere. Pasti ngasihnya jua banyak. Sudah, tekatku sudah bulat. Besok aku copot semua gigiku. Biar Nurul bisa sekolah. Ini kan pesugihannya orang Londho, tetangga tidak mungkin dirugikan. Pasti beda sama tuyul! Beda sama gendruwo! Ini Peri Gigi, tumbalnya ya gigiku. Nanti kalau kurang, aku bakal cari gigi di tempat lain. Sembarang. Bongkar kuburan nek  perlu. Sudah waktunya aku, sama nurul hidup enak. Sudah semakin malam. Biar kusudahi obrolanku sama Nurul.
“Nur, sudah malam. Tidur ya? Besok bapak kasih receh juga, biar kayak peri gigi kesukaannya Nurul. Ya?”
Ujarku sembari mengusap kening anakku. Dia manis sekali, besarnya pasti cantik. Jika besok aku kaya, lengkaplah sudah.
“mau! Mau! Mau!”
Ujarnya bersemangat. Ah anakku ini.
“bapak, tadi Nurul juga dikasih receh sama Lik Man.”
“lho Lik Man baik sekali, Nurul pasti yang minta duluan?”
Aku memang kere, tapi aku tidak mengajari anakku untuk mengemis. Biar besok kuganti uangnya ke Rahman. Wah, bikin repot Nurul ini.
“enggak pak, tadi Lik Man nyuruh Nurul copot celana, Lik Man juga nyopot, terus tititnya lik man ditempel- tempelin gitu ke Nurul, geli deh pak. Habis itu, nurul dikasih receh sama Lik Man” 

"pak..."

"bapak?"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar