“Bapak?
Bapak pernah ketemu peri gigi?”
tanya anakku kemarin malam, pas aku menidurkannya. Anakku ini, sama
ibunya yang sudah mati , dikasih Nurul, memang sedang sering- seringnya nanya-
nanya. Kalau kata orang, sudah waktunya dia ku sekolahkan. Mau kusekolahkan
di mana? Tak ada taman kanak- kanak yang gratis. Nanti saja, tunggu usianya pas
untuk dimasukan ke sekolah dasar. Kata orang- orang, gratis. Tidak sekolah pun
biar, aku dulu juga tidak. Masih bisa hidup ini.
Mengenai
pertanyaan Nurul itu, setauku Peri itu ya sosok setan perempuan yang sering
kudengar waktu aku kecil dulu. Tapi kalau peri gigi? Apa mungkin setan
perempuan itu memiliki gigi yang mrongos?
Cuma setan saja sudah bikin merinding, masih ditambah giginya maju dan besar-
besar begitu. Hiih, aku bergidik.
“peri
gigi? Peri gigi apa to?”
Kutanyakan
langsung kepada anakku. Tadinya aku mau pura- pura tidak dengar. Tapi anakku ini
tampak menunggu aku merespon.
“tadi,
pas nurul nonton tivi di rumah lik Man, ada kartun tentang peri gigi. Nurul
nontonnya ga sampai selesai, sama lik Man
kartunya malah dipindah buat nonton bola.”
Wah,
sialan itu si Rahman. Dia biarkan anakku nonton cerita seram. Kalau ini malam
anakku tidak bisa tidur nyenyak, kumakan dia. Untuk kalian yang tidak tau,
Rahman, atau yang sama anakku dipanggil Lik
Man ini adalah pendatang di kampungku. Gak punya istri dia. Sendirian. Datang
kemari untuk berjualan ayam goreng Fret
Ciken di dekat pasar. Nah si Nurul ini, kubiarkan sering numpang menonton tivi di kamar kosnya. Gak kuat aku kalau
disuruh beli sendiri.
“lalu,
bagaimana peri gigi itu? Serem? Nurul takut?
“waah,
peri gigi gak seram pak! Cantik. Malah baik hati. Dia suka ngasih- ngasih duit!”
“loh?
Kok malah ngasih duit?”
“jadi..
di kartunya itu, kalau ada gigi yang lepas, terus sebelum giginya ditaruh di
bawah bantal, nanti pas bangun- bangun,
giginya itu jadi duit pak.”
Walah-
walah, enak betul ya bisa dapat duit gampang kayak gitu. Malah kayak pesugihan.
Jadi peri gigi itu pasti nyulap gigi jadi duit. Biar kutanya saja sama anakku.
“peri
giginya nyulap gigi biar jadi duit gitu, Nur?”
Aku
salah bertanya begitu. Sekarang anakku tidak jadi mengantuk, pasti mikir film
kartun itu.
“endak.
Sama peri giginya gigi yang lepas dituker pakai duit receh gitu pak”
Ah
Cuma receh ternyata. Aku pikir tadi duitnya segepok. Eh tapi bisa saja recehnya
itu banyak. Aku jadi ingin tahu.
“recehnya
banyak?”
“Cuma
satu...”
Huh,
peri kere. Orang Londho pesugihannya
gak sakti. Masah setannya Cuma kasih receh, satu thok. Tapi sek, tunggu. Kalau
setan Londho duitnya pasti duit Londho juga. Katanya kan duit Londho kalau ditukar jadi duit rupiah,
bisa dapat banyak. Kalau satu gigi dikasih satu koin, misal gigiku ini tak
bikin lepas semua, anakku bisa tak daftarin ke sekolah ini berarti.
“Nur,
itu nek giginya yang lepas dua,
recehnya juga dapat dua?”
“Nurul
ndak tau pak, tadi yang lepas apalane Cuma
satu!”
Wah,
berarti tidak menjamin. Bisa- bisa nanti aku sudah ompong, dikasih duitnya cuma
satu. Ahh, gawat kalau begitu. Tapi orang Londho
itu kan duitnya banyak. Berarti gak mungkin peri pesugihannya kere. Pasti ngasihnya
jua banyak. Sudah, tekatku sudah bulat. Besok aku copot semua gigiku. Biar Nurul
bisa sekolah. Ini kan pesugihannya orang Londho,
tetangga tidak mungkin dirugikan. Pasti beda sama tuyul! Beda sama
gendruwo! Ini Peri Gigi, tumbalnya ya gigiku. Nanti kalau kurang, aku bakal
cari gigi di tempat lain. Sembarang. Bongkar kuburan nek perlu. Sudah waktunya
aku, sama nurul hidup enak. Sudah semakin malam. Biar kusudahi obrolanku sama
Nurul.
“Nur,
sudah malam. Tidur ya? Besok bapak kasih receh juga, biar kayak peri gigi
kesukaannya Nurul. Ya?”
Ujarku
sembari mengusap kening anakku. Dia manis sekali, besarnya pasti cantik. Jika besok
aku kaya, lengkaplah sudah.
“mau!
Mau! Mau!”
Ujarnya
bersemangat. Ah anakku ini.
“bapak,
tadi Nurul juga dikasih receh sama Lik Man.”
“lho
Lik Man baik sekali, Nurul pasti yang
minta duluan?”
Aku
memang kere, tapi aku tidak mengajari anakku untuk mengemis. Biar besok kuganti
uangnya ke Rahman. Wah, bikin repot Nurul ini.
“enggak
pak, tadi Lik Man nyuruh Nurul copot
celana, Lik Man juga nyopot, terus tititnya lik man ditempel- tempelin gitu
ke Nurul, geli deh pak. Habis itu, nurul dikasih receh sama Lik Man”
"pak..."
"bapak?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar