tapi bagi anak manusia sendiri, yang belum bisa disebut 'orang', mereka benar- benar mengenal mimpi sepertinya begitu mulai mengerti macam- macam profesi; seperti polisi, dokter, maupun astronot.
aku masih ingat ketika kecil, dulu almarhum Pak Etan (1929-1993), simbah kakung dari garis keturunan ibuku, menunjukan sebuah gambar di koran, ketika menggendongku berjalan-jalan lalu beristirahat di gardu ronda depan rumah. katanya itu gambar UGM. kampus terbaik di Indonesia katanya, dimana semua 'murid'nya orang pintar- pintar. dia bercita- cita aku ketika besar nanti aku kuliah di situ. sudah kuturuti, dan aku bingung sekarang, karena dia mau aku kuliah di UGM, tidak bilang jadi lulusannya. makanya sekarang aku terombang- ambing bersama gelar mahasiswa generasi tua. apakah aku harus lulus demi masa depanku atau mempertahankan cita- cita Pak Etan? ini dilema hidupku.
kembali membahas cita- cita. kupikir cita- cita yang paling murni adalah cita- cita yang diungkapkan ketika masih kecil; ketika tidak terhalang alasan rasional duniawi semacam; biaya pendidikan dokter mahal, jadi polisi banyak dicibir, jadi astronot.. emm.., pokoknya gitu deh. mungkin banyak yang sudah lupa dengan cita- citanya semawaktu kecil, sebelum hari ini pun aku sebenarnya juga lupa. sampai sore tadi, ibu Rubianti, datang kerumah untuk membahas ini dan itu bersama bapak ibuku.
sekedar informasi saja, ibu rubianti ini dulu adalah guru TK dimana, aku, wiga- dan wima menempuh pendidikan pertamakali. sekarang beliau sudah menjabat menjadi kepala sekolah TK itu. dan kenapa beliau maen kerumah, karena bapakibuku adalah dewan dari TK itu.
ketika aku keluar dari kamar untuk menyapa Bu Rubi, aku melihat wajahnya yang masih tampak muda dengan sumringah menyambutku.
"yaampun, ini dhik wita sekarang sudah besar. tinggi banget. masih inget saya tidak? saya bu rubi, dulu pas TK saya yang ngajar kamu blablablabla.."
reaksiku masih biasa saja, udah sering nanggepin orang kaget lihat bentukku ini. tapi ada satu kalimat dari bu rubi yang membuat aku terdiam, mikir. mau tahu apa?
"eh, dhik wita tahu tidak? ibu masih inget dhik wita itu satu- satunya murid ibu yang ketika ditanya 'cita-citanya apa?' dijawab 'mau jadi tuhan'."
Ya tuhan, jika benar itu terjadi, itu aku masih polos, jangan dianggap serius. aku tidak bisa renang. jangan kau belah lautan untuk menenggelamkanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar